Pada kesempatan perkuliahan manajemen diklat kali ini, saya sebagai pemateri untuk topik 6 yang membahas tentang metode pengembangan pelatihan. ada 2 golongan dalam metode ini yaitu on the job training dan off the job training. berikut report perkuliahan
A. On The Job Training ( Pelatihan di
tempat Kerja)
Metode
- metode on the job training merupakan metode latihan yang paling banyak
digunakan, di mana karyawan dilatih tentang pekerjaan baru dengan supervisi
langsung seorang pelatih yang berpengalaman (biasanya karyawan lain). Berbagai
macam metode yang dilakukan, antara lain:
-
Coaching
( Bimbingan)
Dilaksanakan dengan cara: Peserta harus
mengerjakan tugas dengan dibimbing oleh pejabat atau senior atau ahli.
Bimbingan dianggap efektif karena latihannya diindividualisasikan dan peserta
berlatih/belajar melakukan pekerjaan langsung. Kelemahannya: sering terjadi
pengabaian oleh atasan, baik dari segi waktu maupun dari mutu usaha
pengajarannya, serta ada kecenderungan mengulangi latihan dan pemecahan masalah
yang sama.
- -Mentoring
Sebuah metode yang bersifat pengalaman individual
yang mencoba membagikan pengetahuan dan ketrampilan serta kompetensinya kepada
seseorang yang mempunyai pengalaman kerja lebih sedikit dengan situasi hubungan
yang penuh kepercayaan dan menguntungkan. Mentoring meliputi coaching, counseling, and
networking. Mentors adalah seseorang yang melalui tindakan dan
pekerjaannya membantu karyawan lain untuk memaksimalkan potensi yang
dimilikinya[1]
- -Job rotation
Program
yang direncanakan secara formal dengan cara menugaskan pegawai pada beberapa
pekerjaan yang berbeda dan dalam bagian yang berbeda dengan organisasi untuk
menambah pengetahuan mengenai pekerjaan dalam organisasi. Ini biasanya
dilakukan untuk pengembangan pegawai untuk memahami aktivitas organisasi yang
lebih luas. Bilamana dilihat dari prinsip- prinsip belajar, metode ini
mengaplikasikan hampir semua prinsip belajar kecuali feedback.
- -Job Instruction Technique ( Teknik Intruksi
Pekerjaan)
pelatihan
di mana
ditentukan
seseorang (biasanya manajer atau supervisor) bertindak sebagai pelatih
untuk
menginstruksikan bagaimana melakukan pekerjaan tertentu dalam proses
kerja.
Metode ini bilamana dikaitkan secara khusus dengan prinsip-prinsip belajar
di
atas terlihat dengan jelas memiliki partisipasi yang tinggi, relevance,
repetition,
transference,
dan juga feed back.
-Manfaat
on the job:
1.
Karyawan melakukan pekerjaan yang susungguhnya, bukan tugas yang disimulasikan.
2. Karyawan mendapat instruksi dari karyawan
senior berpengalaman yang telah melaksanakan tugas dengan baik.
3. Pelatihan dilaksanakan didalam lingkungan
kerja sesungguhnya, dalam kondisi normal dan tidak membutuhkan fasilitas
pelatihan khusus.
4. Pelatihan bersifat informal, tidak mahal,
dan mudah dijadwalkan.
5. Pelatihan dapat menciptakan hubungan kerja
sama langsung antara karyawan dan pelatih.
6. Pelatihan ini sangat relevan dengan
pekerjaan, biaya rendah, dan membantu memotivasi kinerja tinggi.
Kelemahan
on the job:
1.
Motivasi pelatih kurang untuk melatih/memikul tanggung jawab dalam pelatihan
khusus.
2.
Pelatih mungkin melaksanakan pekerjaan dengan baik, namun kurang memiliki
kemampuan melatih oranglain agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik.
3.
Pelatih mungkin kurang/tidak memiliki waktu untuk melatih dan kemudian
menghapuskan elemen penting dari proses pelatihan.
4.
Karyawan yang tidak terlatih mungkin memiliki dampak negatif pada pekerjaan dan
kinerja organisasional.
Contoh:
agen tiket pesawat udara yang mendapatkan on the job mungkin memberi uang
kembalian yang terlampau besar.
5. Efektif biaya.
B. Off The Job Training (Pelatihan
Diluar Tempat Kerja)
Pelatihan yang dilaksanakan di
tempat kerja terpisah/di luar tempat kerja, dan di luar waktu kerja reguler ini
memiliki metode-metode seperti:
- -Sensitivity Training (Pelatihan Sensitivitas)
Metode
Pelatihan Sensitivitasbadalah metode untuk meningkatkan sensitivitas antar
pribadi dengan menuntut diskusi yang terbuka dan jujur tentang perasaan, sikap
dan perilaku peserta pelatihan. Partisipasi dalam pelatihan ini didorong agar
memberitahukan kepada peserta lainnya secara jujur bagaimana perilakunya dimata
orang lain dan perasaan oranglain terhadap perilaku tersebut.
Melalui
metode pelatihan sensitivitas, diharapkan peserta dapat lebih menyadari
perasaan, sikap, dan perilaku orang lain. Tujuan pelatihan sensitivitas adalah:
1. Menjadi lebih kompeten dalam
hubungan pribadi seseorang
2. Mempelajari lebih banyak
tentang dirinya sebagai seseorang pribadi.
3. Mempelajari bagaimana
orang lain bereaksi terhadap perilaku seseorang.
4. Mempelajari tentang dinamika formasi
kelompok, tujuan kelompok dan pertumbuhan kelompok.
Sasaran pokok pelatihan dan pengembangan yang
dilakukan adalah mengembangkan kesadaran dan kepekaan peserta terhadap pola
tingkah laku pribadinya dan orang lain. Sasaran tersebut dapat dicapai dengan
melalui beberapa sasaran antara yaitu.
1.
Peningkatan keterbukaan terhadap orang lain.
2.
Perhatian yang lebih besar kepada orang lain.
3.
Peningkatan toleransi atas perbedaan individual
4.
Pengurangan sikap prasangka yang bersifat etnik
5.
Pemahaman atas porses kelompok
6.
Peningkatan kemampuan mendengarkan pendapat orang lain
7.
Peningkatan kepercayaan dan pemberian dukungan kepada orang lain.
Dalam pelaksanaannya, metode ini
terdiri dari tiga komponen:
1) T-Grouping
Berisi tatacara pengorganisasian
peserta pelatihan. Para peserta dibagi ke dalam kelompok kecil terdiri dari
8-12 orang untuk melakukan pertemuan terus menerus secara tatap muka selama
kurang lebih 2 minggu.
2) Exercises
Berisi teknik yang biasa digunakan dalam
diskusi pada pertemuan yang dilakukan dalam t-group. Teknik tersebut antara
lain:
a.
in basket – Permainan keranjang surat yang bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan peserta dalam pengambilan keputusan. Guna mencapai tujuan tersebut,
maka metode latihan diarahkan untuk meningkatkan berbagai unsur kemampuan yang
menunjang, antara lain:
- kemampuan menentukan
dan menguraikan masalah secara rinci
- menentukan prioritas
masalah yang dihadapi.
- menentukan kebutuhan
data/informasi yang dibutuhkan
- kemampuan
menghubungkan masalah dengan yang lain
- meningkatkan kepekaan
dalam menyusun data
- kemampuan merencanakan
pertemuan yang dibutuhkan
- kemampuan menjelaskan
dari tindakan yang diambil
-
timbulnya kehendak untuk mengambil keputusan dan melaksanakannya
b. panel discussion.
c.
business game – permainan peran dalam bisinis adalah bentuk latihan simulasi
ang dilakukan dalam kelas. Pengorganisasian para pesertanya dilakukan dengan
membagi peserta kedalam beberapa tim yang bertugas untuk secara kompetitif
memecahkan masalah tertentu dari suatu organisasi tiruan. Masing-masing tim
mengadakan diskusi dan mengambil keputusan tentang alangkah pemecahan
masalahnya,kompetisi antar tim dilakukan dengan membandingkan waktu yang
dipergunakan, kualitas keputusan pemecahan masalah dan kualitas diskusi yang
berlangsung. Sasaran yang ingin dicapai dari metode ini adalah kemampuan untuk
mengambil keputussan bersama atau suatu keputusan yang integral.
d. leaderless group
e. intergroup competitive exercise
f.
role playing – tujuan pokok bermain peran adalah menganilisis masalah antar
pribadi dan memupuk keahlian hubungan manusia. Bermain peran lazim digunakan
untuk mengasah kecakapan wawancara, negosiasi, konseling, pekerjaan,
pendisiplinan, penilaian kinerja, penjualan dan tugas pekerjaan lain yang melibatkan
komunikasi antar pribadi
g.
case study – penyajian tertulis dan naratif serangkaian fakta dari permasalahan
yang danalisis dan dipecahkan oleh peserta pelatihan. Kasus digunakan untuk
merangsang topik diskusi, dan dari semua jenis topik sebagaimana halnya
simulasi, kasus dapat sederhana atau rumit. Studi kasus memungkinkan peserta
menerapkan analitis dan pengambilan keputusan dengan menelaah sebuah deskripsi
tertulis dari suatu kenyataan. Pelatih yang menggunakan metode ini hendaknya:
1. Mendominasi diskusi
2.
Memberi kesempatan pada beberapa peserta untuk mendominasi diskusi
3. Mengarahkan diskusi ke arah solusi yang
disukainya.
3) Theory Session
Digunakan untuk menjelaskan secara teoritis
dan konseptual apa yang terjadi selama kegiatan T-grouping dan exercise. Selama
theory session kepada peserta dijelaskan konsep, prinsip, dan teori perilaku
manusia serta perilaku oganisasi.
-
Transactional Analysis (analisis transaksi)
Selama
proses latihan, peserta dibimbing untuk menganalisis hubungan antar pribadi dan
memahami tiga keadaan ego manusia, yaitu:
1)
Ego orang tua
2)
Ego anak
3)
Ego orang dewasa
Keadaan ego orangtua cenderung mempertimbangkan,
merendahkan dan menghukum. Keadaan ego anak, ada yang berjiwa bebas, kreatif
dan spontan, sangat pemberontak/sangat penurut. Ego orang dewasa berkaitan
dengan kenyataan yang sedang dihadapi, mendengar dengan pikiran terbuka dan
menyatakan opini secara singkat, serta secara aktif terlibat memperkirakan
kemungkinan yang akan terjadi, serta pengambilan keputusan rasional.
- -Straight Lectures
Kuliah
adalah penyajian informasi secara lisan. Kuliah yaitu ceramah/pidato dari
pelatih yang diucapkan secara ilmiah untuk tujuan pengajaran dan kuliah
merupakan pelatihan paling umum. Menitik beratkan pada penyajian materi
bersifat teori. Kelebihan metode ini adalah kemampuannya menampung jumlah
peserta besar.
- - Simulation Exercise
Dilakukan
dengan cara menggunakan alat/mesin dalam kondisi lingkungan yang dibuat sama
dengan sebenarnya. Alat/mesin maupun kondisi lingkungan merupakan tiruan dari
kondisi kerja sebenarnya. Simulasi mengacu kepada materi yang berupaya
menciptakan lingkungan pengambilan keputusan yang realistik bagi pelatih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar