Senin, 24 November 2014 seperti biasa perkuliahan manajemen diklat dimulai pada pukul 09.00. pada hari itu pembahasan selanjutnya ialah topik 7 yang menjelaskan tentang desain pelatihan. berikut laporan perkuliahannya.
A. Perumusan tujuan dan manfaat pelatihan
bagi sebuah instansi, pelatihan bermanfaat dan sangat meberikan pengaruh besar terhadap instansi itu sendiri dan juga karyawan pada khususnya. bagi instansi yang mempunyai orientasi jangka panjang, sangat memerlukan pelatihan untuk karyawannya yang dilakukan secara kontinyu dan terprogram sesuai dengan kebutuhan masing-masing divisi atau pun tim kerja di dalam divisi danmanajemen.
Tujuan pelatihan akan terlaksana dengan baik apabila pelatihan diberikan secara tepat dan adanya kerjasama yang baik antara karyawan maupun pimpinan atau manajemen, dengan melakukan analisa kebutuhan pelatihan secara tepat sehingga benar-benar bermanfaat dan memenuhi kebutuhan instansi untuk semakin berkembang.
Perumusan tujuan dan manfaat pelatihan sebaiknya mengikuti kaidah seperti berikut.
1. Menunjukkan sasaran kinerja yang mesti dapat dilakukan oleh partisipan setelah mengikuti kegiatan pelatihan
2. Sasaran kinerja sebaiknya bersifat spesifik, relevan dengan tugas, dan dituliskan dengan jelas
3. Sasaran kinerja mengacu pada profil kompetensi yang telah ditetapkan
4. Sebaiknya diawali dengan kata kerja
B. Perumusan Kurikulum Pelatihan
Setelah tujuan dirumuskan, maka langkah berikutnya adalah menyusun kerangka kurikulum pelatihan . Langkah dalam menyusun kurikulum pelatihan adalah sebagai berikut :
1. Sebutkan judul pelatihan secara ringkas, jelas dan mencerminkan isi training
2. Uraikan tujuan pelatihan
3. Kembangkan dan jelaskan sejumlah topik pokok pelatihan - kemudian masing-masing topik tersebut, diuraikan lagi secara lebih detil dalam beberapa sub-topik.
4. Sebutkan pula durasi untuk keseluruhan pelatihan dan juga untuk setiap topiknya
Sebutkan juga model pemberian pelatihan yang akan dilakukan
C. Penyusunan jadwal
Jadwal diklat disusun berdasarkan kalender akademik diklat, struktur kompetensi, serta instruktur dan administrasi diklat. Sebelumnya pelaksanaan diklat dilaksanakan ditentukan mata diklat, instruktur yang mengajar dan alokasi waktu penyajian yang disesuaikan dengan kalender programdiklat.
Jadwal pelaksanaan pelatihan sebaiknya disusun berdasarkan pada beberapa syarat berikut ini, yaitu :
1. Disesuaikan dengan kalender diklat
2. Durasi waktu disesuaikan dengan capaian kompetensi yang diinginkan
3. Calon peserta diklat sudah ada kepastian
4. Jadwal instruktur yang sudah pasti untuk mengisi materi
5. Sosialisasi jadwal kegiatan diklat cukup dan tepat sasaran
D. Training Climate
Training climate atau yang biasa disebut dengan suasana pelatihan ini terbagi menjadi 2 jenis, yaitu suasana pelatihan yang baik dan suasana pelatihan yang tidak baik.
E. Trainees Learning Style
Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola, dan menyampaikan informasi, maka cara belajar peserta pelatihan terbagi menjadi 3, yaitu :
- Gaya belajar visual
- Gaya belajar auditorial
- Gaya belajar kinestetik
- Gaya belajar converger
- Gaya belajar diverger
- Gaya belajar assimilator
- Gaya belajar accommodator
F. Training Strategies
Faktor yang ikut menentukan efektivitas pelaksanaan program pelatihan adalah ketepatan penggunaan strategi atau teknik pelaksanaan pelatihan. Dalam pelaksanaan pelatihan, perlu diperhatikan hubungan antara pelatih dengan peserta. Hubungan di antara keduanya dapat berupa hubungan interaktif, proaktif, dan juga reaktif.
G. Training Topics
Pemilihan topik pelatihan yang tepat sangat mendukung jalannya pelaksanaan pelatihan yang baik pula. Topik pelatihan termasuk pada kegiatan perencanaan program pelatihan. Menyusun topik pelatihan harus sesuai dengan metode dan sarana pelatihan yang akan digunakan.
RESUME PERKULIAHAN MANAJEMEN DIKLAT
Sabtu, 06 Desember 2014
Metode Pengembangan Pelatihan
Pada kesempatan perkuliahan manajemen diklat kali ini, saya sebagai pemateri untuk topik 6 yang membahas tentang metode pengembangan pelatihan. ada 2 golongan dalam metode ini yaitu on the job training dan off the job training. berikut report perkuliahan
A. On The Job Training ( Pelatihan di
tempat Kerja)
Metode
- metode on the job training merupakan metode latihan yang paling banyak
digunakan, di mana karyawan dilatih tentang pekerjaan baru dengan supervisi
langsung seorang pelatih yang berpengalaman (biasanya karyawan lain). Berbagai
macam metode yang dilakukan, antara lain:
-
Coaching
( Bimbingan)
Dilaksanakan dengan cara: Peserta harus
mengerjakan tugas dengan dibimbing oleh pejabat atau senior atau ahli.
Bimbingan dianggap efektif karena latihannya diindividualisasikan dan peserta
berlatih/belajar melakukan pekerjaan langsung. Kelemahannya: sering terjadi
pengabaian oleh atasan, baik dari segi waktu maupun dari mutu usaha
pengajarannya, serta ada kecenderungan mengulangi latihan dan pemecahan masalah
yang sama.
- -Mentoring
Sebuah metode yang bersifat pengalaman individual
yang mencoba membagikan pengetahuan dan ketrampilan serta kompetensinya kepada
seseorang yang mempunyai pengalaman kerja lebih sedikit dengan situasi hubungan
yang penuh kepercayaan dan menguntungkan. Mentoring meliputi coaching, counseling, and
networking. Mentors adalah seseorang yang melalui tindakan dan
pekerjaannya membantu karyawan lain untuk memaksimalkan potensi yang
dimilikinya[1]
- -Job rotation
Program
yang direncanakan secara formal dengan cara menugaskan pegawai pada beberapa
pekerjaan yang berbeda dan dalam bagian yang berbeda dengan organisasi untuk
menambah pengetahuan mengenai pekerjaan dalam organisasi. Ini biasanya
dilakukan untuk pengembangan pegawai untuk memahami aktivitas organisasi yang
lebih luas. Bilamana dilihat dari prinsip- prinsip belajar, metode ini
mengaplikasikan hampir semua prinsip belajar kecuali feedback.
- -Job Instruction Technique ( Teknik Intruksi
Pekerjaan)
pelatihan
di mana
ditentukan
seseorang (biasanya manajer atau supervisor) bertindak sebagai pelatih
untuk
menginstruksikan bagaimana melakukan pekerjaan tertentu dalam proses
kerja.
Metode ini bilamana dikaitkan secara khusus dengan prinsip-prinsip belajar
di
atas terlihat dengan jelas memiliki partisipasi yang tinggi, relevance,
repetition,
transference,
dan juga feed back.
-Manfaat
on the job:
1.
Karyawan melakukan pekerjaan yang susungguhnya, bukan tugas yang disimulasikan.
2. Karyawan mendapat instruksi dari karyawan
senior berpengalaman yang telah melaksanakan tugas dengan baik.
3. Pelatihan dilaksanakan didalam lingkungan
kerja sesungguhnya, dalam kondisi normal dan tidak membutuhkan fasilitas
pelatihan khusus.
4. Pelatihan bersifat informal, tidak mahal,
dan mudah dijadwalkan.
5. Pelatihan dapat menciptakan hubungan kerja
sama langsung antara karyawan dan pelatih.
6. Pelatihan ini sangat relevan dengan
pekerjaan, biaya rendah, dan membantu memotivasi kinerja tinggi.
Kelemahan
on the job:
1.
Motivasi pelatih kurang untuk melatih/memikul tanggung jawab dalam pelatihan
khusus.
2.
Pelatih mungkin melaksanakan pekerjaan dengan baik, namun kurang memiliki
kemampuan melatih oranglain agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik.
3.
Pelatih mungkin kurang/tidak memiliki waktu untuk melatih dan kemudian
menghapuskan elemen penting dari proses pelatihan.
4.
Karyawan yang tidak terlatih mungkin memiliki dampak negatif pada pekerjaan dan
kinerja organisasional.
Contoh:
agen tiket pesawat udara yang mendapatkan on the job mungkin memberi uang
kembalian yang terlampau besar.
5. Efektif biaya.
B. Off The Job Training (Pelatihan
Diluar Tempat Kerja)
Pelatihan yang dilaksanakan di
tempat kerja terpisah/di luar tempat kerja, dan di luar waktu kerja reguler ini
memiliki metode-metode seperti:
- -Sensitivity Training (Pelatihan Sensitivitas)
Metode
Pelatihan Sensitivitasbadalah metode untuk meningkatkan sensitivitas antar
pribadi dengan menuntut diskusi yang terbuka dan jujur tentang perasaan, sikap
dan perilaku peserta pelatihan. Partisipasi dalam pelatihan ini didorong agar
memberitahukan kepada peserta lainnya secara jujur bagaimana perilakunya dimata
orang lain dan perasaan oranglain terhadap perilaku tersebut.
Melalui
metode pelatihan sensitivitas, diharapkan peserta dapat lebih menyadari
perasaan, sikap, dan perilaku orang lain. Tujuan pelatihan sensitivitas adalah:
1. Menjadi lebih kompeten dalam
hubungan pribadi seseorang
2. Mempelajari lebih banyak
tentang dirinya sebagai seseorang pribadi.
3. Mempelajari bagaimana
orang lain bereaksi terhadap perilaku seseorang.
4. Mempelajari tentang dinamika formasi
kelompok, tujuan kelompok dan pertumbuhan kelompok.
Sasaran pokok pelatihan dan pengembangan yang
dilakukan adalah mengembangkan kesadaran dan kepekaan peserta terhadap pola
tingkah laku pribadinya dan orang lain. Sasaran tersebut dapat dicapai dengan
melalui beberapa sasaran antara yaitu.
1.
Peningkatan keterbukaan terhadap orang lain.
2.
Perhatian yang lebih besar kepada orang lain.
3.
Peningkatan toleransi atas perbedaan individual
4.
Pengurangan sikap prasangka yang bersifat etnik
5.
Pemahaman atas porses kelompok
6.
Peningkatan kemampuan mendengarkan pendapat orang lain
7.
Peningkatan kepercayaan dan pemberian dukungan kepada orang lain.
Dalam pelaksanaannya, metode ini
terdiri dari tiga komponen:
1) T-Grouping
Berisi tatacara pengorganisasian
peserta pelatihan. Para peserta dibagi ke dalam kelompok kecil terdiri dari
8-12 orang untuk melakukan pertemuan terus menerus secara tatap muka selama
kurang lebih 2 minggu.
2) Exercises
Berisi teknik yang biasa digunakan dalam
diskusi pada pertemuan yang dilakukan dalam t-group. Teknik tersebut antara
lain:
a.
in basket – Permainan keranjang surat yang bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan peserta dalam pengambilan keputusan. Guna mencapai tujuan tersebut,
maka metode latihan diarahkan untuk meningkatkan berbagai unsur kemampuan yang
menunjang, antara lain:
- kemampuan menentukan
dan menguraikan masalah secara rinci
- menentukan prioritas
masalah yang dihadapi.
- menentukan kebutuhan
data/informasi yang dibutuhkan
- kemampuan
menghubungkan masalah dengan yang lain
- meningkatkan kepekaan
dalam menyusun data
- kemampuan merencanakan
pertemuan yang dibutuhkan
- kemampuan menjelaskan
dari tindakan yang diambil
-
timbulnya kehendak untuk mengambil keputusan dan melaksanakannya
b. panel discussion.
c.
business game – permainan peran dalam bisinis adalah bentuk latihan simulasi
ang dilakukan dalam kelas. Pengorganisasian para pesertanya dilakukan dengan
membagi peserta kedalam beberapa tim yang bertugas untuk secara kompetitif
memecahkan masalah tertentu dari suatu organisasi tiruan. Masing-masing tim
mengadakan diskusi dan mengambil keputusan tentang alangkah pemecahan
masalahnya,kompetisi antar tim dilakukan dengan membandingkan waktu yang
dipergunakan, kualitas keputusan pemecahan masalah dan kualitas diskusi yang
berlangsung. Sasaran yang ingin dicapai dari metode ini adalah kemampuan untuk
mengambil keputussan bersama atau suatu keputusan yang integral.
d. leaderless group
e. intergroup competitive exercise
f.
role playing – tujuan pokok bermain peran adalah menganilisis masalah antar
pribadi dan memupuk keahlian hubungan manusia. Bermain peran lazim digunakan
untuk mengasah kecakapan wawancara, negosiasi, konseling, pekerjaan,
pendisiplinan, penilaian kinerja, penjualan dan tugas pekerjaan lain yang melibatkan
komunikasi antar pribadi
g.
case study – penyajian tertulis dan naratif serangkaian fakta dari permasalahan
yang danalisis dan dipecahkan oleh peserta pelatihan. Kasus digunakan untuk
merangsang topik diskusi, dan dari semua jenis topik sebagaimana halnya
simulasi, kasus dapat sederhana atau rumit. Studi kasus memungkinkan peserta
menerapkan analitis dan pengambilan keputusan dengan menelaah sebuah deskripsi
tertulis dari suatu kenyataan. Pelatih yang menggunakan metode ini hendaknya:
1. Mendominasi diskusi
2.
Memberi kesempatan pada beberapa peserta untuk mendominasi diskusi
3. Mengarahkan diskusi ke arah solusi yang
disukainya.
3) Theory Session
Digunakan untuk menjelaskan secara teoritis
dan konseptual apa yang terjadi selama kegiatan T-grouping dan exercise. Selama
theory session kepada peserta dijelaskan konsep, prinsip, dan teori perilaku
manusia serta perilaku oganisasi.
-
Transactional Analysis (analisis transaksi)
Selama
proses latihan, peserta dibimbing untuk menganalisis hubungan antar pribadi dan
memahami tiga keadaan ego manusia, yaitu:
1)
Ego orang tua
2)
Ego anak
3)
Ego orang dewasa
Keadaan ego orangtua cenderung mempertimbangkan,
merendahkan dan menghukum. Keadaan ego anak, ada yang berjiwa bebas, kreatif
dan spontan, sangat pemberontak/sangat penurut. Ego orang dewasa berkaitan
dengan kenyataan yang sedang dihadapi, mendengar dengan pikiran terbuka dan
menyatakan opini secara singkat, serta secara aktif terlibat memperkirakan
kemungkinan yang akan terjadi, serta pengambilan keputusan rasional.
- -Straight Lectures
Kuliah
adalah penyajian informasi secara lisan. Kuliah yaitu ceramah/pidato dari
pelatih yang diucapkan secara ilmiah untuk tujuan pengajaran dan kuliah
merupakan pelatihan paling umum. Menitik beratkan pada penyajian materi
bersifat teori. Kelebihan metode ini adalah kemampuannya menampung jumlah
peserta besar.
- - Simulation Exercise
Dilakukan
dengan cara menggunakan alat/mesin dalam kondisi lingkungan yang dibuat sama
dengan sebenarnya. Alat/mesin maupun kondisi lingkungan merupakan tiruan dari
kondisi kerja sebenarnya. Simulasi mengacu kepada materi yang berupaya
menciptakan lingkungan pengambilan keputusan yang realistik bagi pelatih.
Peran Pelatihan
Senin, 1 Desember 2014, perkuliahan manajemen diklat di 306 membahas topik 9 yaitu peranan pelatihan. Dosen kami berhalangan hadir dan seperti biasa kami berdiskusi dalam kelompok kecil.
berikut adalah laporan perkuliahannya:
Secara umum pelatihan bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada personil dalam meningkatkan kecakapan dan keterampilan mereka, terutama dalam bidang-bidang yang berhubungan dengan kepemimpinan atau manajerial yang diperlukan dalam pencapaian tujuan organisasi.
--> Peran Organisasi
Pelatihan merupakan tanggungjawab manajemen puncak (pimpinan) dan harus mendapat dukungan dari berbagai pihak, antara lain adalah para pegawainya tetapi tetap keberhasilan diklat menjadi tanggungjawab bersama baik pimpinan, departeman/bagian pengembangan pegawai, para pimpinan tingkat menengah (midle managemen) maupun pegawai itu sendiri.
.--> Peran Pelatih:
* Mengadakan pemanduan untuk mewujudkan peserta yang unggul.· Menyusun materi latihan untuk jangka panjang maupun jangka pendek.
· Menyusun strategi dan pendekatan dalam menyampaikan materi latihan sehingga peserta dapat dengan mudah memahami dan melakukan pembelajaran yang diterima selama proses pelatihan.
· Mengadakan evaluasi setelah selesai melakukan latihan .
· Selalu berusaha meningkatkan pengetahuan, baik secara teori maupun praktek dalam bidang atau materi yang
dilatihnya..
· Menyusun laporan latihan sesuai materi yang disampaikan oleh Pelatih/Instruktur.
--> Peran Peserta
Peserta diklat kepemimpinan diberbagai jenjang pada dasarnya dituntut mampu sebagai agen perubahan, sehingga seorang peserta diklat kepemimpinan harus mampu membuat proyek perubahan organisasinya. selanjutnya mencermati tahapan pembelajaran diklat kepemimpinan tersebut ternyata atasan langsung (pimpinan) dari peserta diklat mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai mentor
Minggu, 30 November 2014
Evaluasi Pelatihan
Minggu
lalu, tepatnya pada hari Senin, 24 November 2014 perkuliahan Manajemen Diklat
kembali dilaksanakan, namun pada pertemuan tersebut dosen kami berhalangan
hadir. Seperti pada biasanya kami berdiskusi dengan kelompok masing-masing.
materi yang dibahas yaitu Evaluasi Pelatihan. Berikut review dari pada materi
tersebut.
Evaluasi Pelatihan
Menurut Newby (Tovey, 1996 dalam Irianto Yusuf) makna
evaluasi pelatihan yaitu bahwa perhatian utama evaluasi dipusatkan pada
efektivitas pelatihan. Efektifitas berkaitan dengan sampai sejauh manakah
program pelatihan SDM diputuskan sebagai tujuan yang harus dicapai, karena
efektifitas menjadi masalah serius dalam kegiatan evaluasi pelatihan.
Model Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan
Kirkpatrick memperkenalkan model “The four levels”
dalam melakukan evaluasi pelatihan yaitu:
Level 1 – Reaksi: mengukur bagaimana
peserta pelatihan bereaksi terhadap program pelatihan
Level 2 – Pembelajaran: mengukur bagaimana
peserta pelatihan menerima kegiatan pembelajaran, apakah peserta telah berubah
pengetahuan, ketrampilan dan prilakunya
Level 3 – Prilaku: mengukur bagaimana
peserta pelatihan telah berubah prilakunya akibat dari program pelatihan yang
diikutinya
Level 4 – Hasil: mengukur apa hasil yang
diperoleh, karena peserta pelatihan mengikuti program pelatihan, misalnya
meningkatnya produktifitas dan lainnya
Teknik
dan Metode Evaluasi Pelatihan
1. Benefit Cost
Analysis
2. Four-Level Framework dari
Kirkpatrick
3. Five-Level
ROI Framework dari Jack J
Phillips
4. Five Level of Evaluations dari Kaufman
5. CIRO
6. CIPP
7. Model
of Evaluation Knowledge & Skills dari Marshal
& Schriver
8. Business Impact ISD Model dari Indiana University
9. Success
Case Evaluation
10. Utility
analysis
11. Integral
Framework dari Brown
& Reed
12. Balanced Scorecard
Pada umumnya
evaluasi diklat tidak dapat dilakukan hanya sekali saja, praktik yang terbaik
adalah dengan melakukan beberapa kali evaluasi diklat. Hasil evaluasi diklat
perlu ditindaklanjuti, dan selanjutnya dilakukan evaluasi diklat kembali untuk
melakukan analisis dan evaluasi diklat selanjutnya dengan memperhatikan data
dan hasil analisis evaluasi diklat sebelumnya.
Berikut adalah
proses pelaksanaan evaluasi diklat dengan
menggunakan model ROI process dari Jack L. Phillips seperti pada gambar ROI di
atas, Pelaksanaan evaluasi diklat dapat dilakukan dalam empat tahapan utama:
a. Perencanaan Evaluasi
b. Pengumpulan Data
c. Analisis
d. Pelaporan ( data umum program diklat, evaluasi
hasil diklat, kesimpulan dan tindak lanjut)
demikian report perkuliahannya semoga bermanfaatJ
Sabtu, 25 Oktober 2014
Metode Pelatihan
Pada posting-an saya kali
ini akan membahas singkat perkuliahan Manajemen Diklat tentang metode-metode
pelatihan pada hari Senin, 20 oktober 2014 yang lalu. Seperti biasa dosen kami,
Pak Amril mempertanyakan point-point pembahasan kepada para mahasiswa yang
menyajikan topik 5 ini masing-masing tiap kelompok. Berikut adalah resumenya:
PENGERTIAN METODE
Metode berasal dari
bahasa yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan
dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Nah, objek yang
dibahas tentunya pelatihan itu sendiri. Fungsi metode dalam pelatihan yaitu
sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
METODE-METODE PELATIHAN
1. Pendekatan Kognitif
-Metode Ceramah : salah satu cara yang paling
murah, hemat waktu untuk mempresentasikan informasi yang sangat banyak secara
efisien dalam cara yang terorganisasi. Metode ini membutuhkan trainer
yang terlibat untuk berkomunikasi dengan kata-kata lisan kepada peserta
pelatihan. Metode ceramah pun digunakan untuk mendukung metode pelatihan yang
lain seperti pemodelan perilaku dan teknik berbasis-teknologi.
- Metode Demonstrasi: salah satu cara
penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Metode
ini begitu mudah bagi manajer dalam mengajarkan pegawai baru mengenai aktivitas
nyata melaui suatu tahap perencanaan dari “Bagaimana dan apa sebab” pegawai
mengerjakan pekerjaan yang ia kerjakan. Metode ini juga menunjukkan kepada
peserta cara mengerjakan suatu tugas, karena dikombinasikan dengan alat bantu
belajar seperti gambar-gambar, teks materi, ceramah, diskusi.
-Metode Diskusi : dalam cara ini, bertujuan untuk memberikan
kesempatan kepada peserta pelatihan kesempatan untuk memperoleh umpan balik,
klarifikasi dan berbagai sudut pandang oleh partisipasi aktif terdorong.
Cara ini melibatkan trainer berkomunikasi dua arah dengan peserta pelatihan,
dan peserta pelatihan berkomunikasi satu sama lain.
- Computer Based Training (CBT) :
merupakan alat pelatihan yang berperan sebagai media yang berbasis CD/LAN/WEB. Mengintegrasikan
penggunaan teks, foto, video, grafik, animasi, dan suara dalam membuat
lingkungan pelatihan yang lengkap tempat para peserta mampu berinteraksi. Melihat
bahwa penggunaan komputer sangatlah informatif dan
praktis.
2. Pendekatan perilaku
-
Behavioral Modeling : suatu
pendekatan yang bertujuan untuk mengamati perilaku manusia yang digambarkan
melalui bentuk permodelan yang menggunakan pendekatan kognitif sehingga cukup
mudah diperlajari dan digunakan oleh oranglain.
- Business Games & Simulation: pendekatan ini digunakan
oleh trainer sebagai latihan belajar, dan sebagai alat pemecahan masalah dan
evaluasi. Bertujuan untuk mengembangkan atau memperhalus keterampilan
memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Akan tetapi, teknik ini cenderung
lebih memfokuskan pada keputusan manajemen bisnis. Simulasi digunakan untuk mengeksplorasi dan memecahkan
masalah yang sebenarnya bagi organisasi dalam proses pengajaran.
- Case Studies : studi
kasus bertujuan untuk membantu peserta pelatihan mempelajari keterampilan
analisis dan pemecahan masalah dengan menyajikan cerita (kasus) mengenai orang
dalam organisasi yang menghadapi masalah atau keputusan. Selain itu,
dapat menambah kemampuan kepemimpinan manajer, karena sederhana, penggunaan
waktu relatif singkat dan biaya yang di keluarkan uga murah.
- In Basket Techique :
Sasaran teknik ini adalah menilai kemampuan peserta pelatihan menetapkan
prioritas, merencanakan, mengumpulkan informasiyang relevan dan membuat
keputusan.
- Role Plays :
bermain peran artinya peserta ditugaskan untuk memerankan individu tertentu
yang digambarkan dalam suatu episode dan diminta untuk menanggapi para peserta
lain yang berbeda perannya. Teknik
ini merupakan suatu peralatan yang memungkinkan para karyawan (peserta latihan)
untuk memainkan berbagai peran yang berbeda. Efektivitas metode ini
sangat bergantung pada kemampuan peserta untuk memainkan peranan (sedapat
mungkin sesuai dengan realitas) yang ditugaskan kepadanya. Teknik role playing
dapat mengubah sikap peserta.
Sekian
laporan perkuliahan ini, semoga bermanfaat. J
Minggu, 19 Oktober 2014
Model-Model Pelatihan
Perkuliahan tentang model-model pelatihan pada hari Senin, 13 Oktober 2014
dirangkum sebagai berikut:
1. Model system
à merupakan pelatihan yang mendeskripsikan pelatihan
sebagai suatu sistem dimana komponen-komponen saling terkait satusama lain.
Gagne dan Briggs mengemukakan adanya 12 langkah dalam model sistem yaitu
sebagai berikut:
1) Analisis dan
identifikasi kebutuhan yaitu mengukur idealnya suatu pelatihan
2) Mendesain dan
menyediakan yaitu untuk mencocokan identifikasi kebutuhan.
3) Pengembangan yaitu
serangkaian aktivitas pelatihan yang diajarkan seperti bentuk-bentuk metode
pembelajarannya. Menguji kesiapan tentang materi pelatihan. Informasi yang
valid, bahan ajar dan narasumber yang professional .
4) Evaluasi
2. ISD Model (Instructional Desain Sistem)
è
merupakan prosedur terorganisir yang mencakup langkah-langkah menganalisis,
merancang, mengembangkan, melaksanakan dan mengevaluasi instruksi untuk meningkatkan
kualitas dan efektivitas instruksi dan untuk meningkatkan pembelajaran. Model
Sistem Instruksional Pengembangan dibuat untuk menjawab masalah pelatihan.
Model ini banyak digunakan sekarang sehari dalam organisasi karena berkaitan
dengan kebutuhan pelatihan terhadap kinerja kerja. Tujuan pelatihan
didefinisikan berdasarkan tanggung jawab pekerjaan dan deskripsi pekerjaan dan
atas dasar tujuan pasti kemajuan individu diukur.
Tahap-Tahap model Sistem Instruksional Pengembangan :
*Analisis: pelatihan penilaian
kebutuhan, analisis jabatan, dan analisis target audiens.
*Perencanaan: menetapkan
tujuan dari hasil pembelajaran, tujuan instruksional yang mengukur perilaku
peserta setelah pelatihan, jenis bahan pelatihan, pemilihan media, metode
mengevaluasi peserta pelatihan, pelatih dan program pelatihan, strategi untuk
memberikan pengetahuan yaitu, seleksi isi, urutan konten, dll
*Pengembangan: keputusan desain
ke dalam materi pelatihan. Ini terdiri dari mengembangkan materi kursus untuk
pelatih termasuk handout, buku kerja, alat peraga, alat peraga demonstrasi, dll
materi kuliah untuk trainee termasuk handout ringkasan.
*Eksekusi: pada pengaturan
logistik, seperti mengatur speaker, peralatan ini, bangku, podium, fasilitas
makanan, pendinginan, pencahayaan, parkir, dan aksesoris pelatihan lainnya.
*Evaluasi: memastikan bahwa
program pelatihan telah mencapai tujuannya dalam hal kinerja kerja berikutnya.
Fase ini terdiri dari mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dan membuat
perubahan yang diperlukan untuk setiap tahap sebelumnya dalam rangka untuk
memperbaiki atau meningkatkan praktik kegagalan.
-
Model Transisional
Model Transisional berfokus pada
organisasi secara keseluruhan. Loop luar menjelaskan visi, misi dan nilai-nilai
organisasi atas dasar yang model pelatihan yaitu loop batin dijalankan.
-
Model Transisi
Visi: terfokus pada tonggak bahwa
organisasi bertujuan untuk mencapai setelah titik waktu tertentu. Visi mungkin
termasuk pengaturan panutan, atau membawa beberapa transformasi internal atau
bertemu dengan beberapa tenggat waktu lainnya.
Misi: menunjukkan posisi dalam
masyarakat. Alasan untuk mengembangkan pernyataan misi adalah untuk memotivasi,
menginspirasi, dan menginformasikan karyawan tentang organisasi. Pernyataan
misi menceritakan bagaimana organisasi ingin dilihat oleh pelanggan, karyawan,
dan semua pemangku kepentingan lainnya.
Langganan:
Postingan (Atom)